ORIENTALISME DAN MOTIF-MOTIF di
BALIKNYA
Orientalisme, jika kita artikan
secara Bahasa, berasal dari kata “Oriental” dan “isme”. Oriental itu
mengandungan arti ketimuran sedangankan kata “isme” artinya Paham. Berati
setelah kita mengetahui asal kata maka kita akan sedikit mengetahui arti secara
istilah Orientalis tersebut. Orientalisme secara istilah ialah sebuah paham
yang diciptakan bangsa barat, bagaimana bangsa barat memahami bangsa timur
dengan pemahamannya dan memiliki motif-motif tertentu.
Pengertian orientalisme jua
diartikan penjajahan bentuk baru dengan mengumpulkan data tentang bahasa, agama
, sejarah , kebudayaan , ilmu bumi , etnografi , kesusastraan , dan kesenian.
Seperti yang diungkapan menurut H.M. Joesoef Sou’yb mengenai pengertian orientalisme. Menurut beliau,
orientalisme yang secara harfiyah berarti timur dan secara geografis berarti dunia belahan timur, dan secara etnologis berarti bangsa-bangsa
di timur. Orientalisme berarti suatu faham atau aliran, yang berkeinginan
menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengn bangsa-bangsa di timur beserta
lingkungannya. Orientalis adalah suatu pengertian yang lengkap dimana
dikumpulkan pengetahuan yang berasal dari sumbernya yang asli yang berkenaan
dengan bahasa, agama, kebudayaan, sejarah, ilmu bumi,etnografi,
kesusastraan, dan kesenian yang berada di timur.
Selain itu, Edward W. Said bukunya Orientalism (New York : Vintage Books, 1979), banyak mendefinisikan
pengertian orientalisme, di antaranya sebagai berikut :
v orientalisme ialah suatu cara untuk memahami Dunia Timur berdasarkan tempatnya yang khusus dalam pengalaman manusia Barat Eropa.
v orientalisme dalam arti yang lebih umum, yakni orientalisme adalah suatu gaya berpikir yang berdasarkan
pada pembedaan ontologis dan
epistemologis yang dibuat antara Timur (the Orient) dan (hampir selalu)
Barat (the Ocident).
v Edward Sa`id dalam Orientalism hal. 92 menyatakan,”Orientalisme adalah bidang pengetahuan atau ilmu yang
mengantarkan pada [pemahaman] dunia timur secara
sistematis sebagai suatu objek yang dapat dipelajari, diungkap, dan
diaplikasikan.
v Orientalisme merupakn sebuah diskursus yang tidak
berkaitan dengan satu kekuasaan politis saja melainkan dihasilkan melalui satu
ajang pertukaran melalui jenis kekuasaan.
Motif Orientalisme
Orintalisme
tidak muncul kepermukaan begitu saja, tanpa adanya motif-motif. Hal ini sudah by
design (direncanakan) bangsa barat untuk meng-hegemoni bangsa timur
A. Motif keagamaan.
Barat yang disatu sisi mewakili Kristen memandang Islam sebagai agama yang
sejak awal menentang doktrin-doktrinnya. Sehingga dengan orientalisme mereka
bisa mempengaruhi dari dalam dan mencari kelemahan islam untuk
menghancurkannya.
B. Motif politik
Motif politik orientalismekita
bisa melihat gambarannya melalui perkembangan orientalisme sebagai berikut :
Menurut Hamid Fahmy Zarkasyi, perkembangan
orientalisme dapat dibagi kedalam empat fase.
Fase pertama dimulai pada abad 16. Pada fase ini orientalisme dapat dikatakan sebagai symbol gerakan anti
islam yang dimotori oleh Yahudi dan Kristen, dimana Perang Salib menjadi titik
pangkalnya.
Fase kedua orientalisme terjadi 17-18. Fase ini adalah fase penting orientalisme, sebab ia merupakan gerakan
yang bersamaan dengan modernisasi Barat. Barat berkepaentingan menimba ilmu
bagaimana Islam bias menjadi peradaban yang handal selama tujuh abad. Pada
periode inilah raja-raja dan ratu-ratu Eropa sepakat untuk mendukung
pengumpulan segala macam informasi tentang ketimuran.
Fase ketiga orientalisme abad 19- seperempat pertama abad 20. Fase ini adalah fase orientalisme terpenting bagi Muslim maupun
orientalisme sendiri. Sebab pada fase ini Barat menguasai Islam secara politis, militer, cultural dan
ekonomi. Pada fase ini banyak orientalis yang menyumbangkan karya dalam
bidang studi islam.
Fase keempat orientalisme ditandai dengan adanya Perang Dunia II. Khusus di Amerika, Islam dan ummat islam menjadi objek kajian islam yang
popular. Kajian itu bukan saja dilakukuan untuk kajian akademis, tapi juga
untuk kepentingan perancang kebijakan politik dan bisnis.
Polemic :
Pada mulanya, Barat—selanjutnya disebut dengan
orientalis dalam pembahasan ini—memandang Timur—yang selanjutnya disebut
orientalisme—sebagai tempat koloni-koloni yang terbesar, terkaya dan tertua, sumber peradaban dan bahasa, saingan budaya dan
dunia yang lain. Implikasi dari hal ini, Timur telah membantu
mendefinisikan Barat sebagai imajai, idea, kepribadian dan pengalaman yang
berlawanan dengannya.
Pasca Renaissans, orientalis mampu mengatur—bahkan
menciptakan—orientalisme secara politis,
sosiologis, militer, idiologis, saintifik dan imajinatif. Ini semua tentu
didasari dengan kerangka metodologis yang tepat dan telah diperhitungkan.
Orientalisme bersumber dari kedekatan khusus yang
dialami oleh Inggris dan Prancis dengan dunia Timur, yang sebelum awal abad
kesembilan belas hanya meliputi India dan negara-negara jajahan Barat lainnya.
Semenjak awal abad kesembilan belas hingga akhir Perang Dunia II, Inggris dan
prancis mendominasi Timur dan orientalisme. Sesudah akhir Perang Dunia II,
dominasi diambil alih oleh Amerika yang melakukan pendekatan terhadap dunia
Timur sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Inggris dan Prancis dahulu.
Dunia Timur pada dasarnya hanyalah suatu ide, atau sebuah produk pemikiran khayali yang tak
memiliki realita. Disraeli (seorang orientalis) menyatakan dalam novelnya
Tranced bahwa Timur adalah sebuah karir yang hebat.
Meyakini bahwa Timur adalah diciptakan dan meyakini bahwa hal-hal seperti itu semata-mata terjadi
karena kebutuhan imajinasi adalah sikap yang tidak jujur. Hubungan Barat
dan Timur adalah hubungan kekuatan,
dominasi, hubungan berbagai derajat hegemoni yang kompleks.
Orientalisme tidak lebih daripada struktur kebohongan-kebohongan yang sengaja diciptakan.
Orientalisme lebih bermanfaat sebagai suatu
tanda kekuasaan dunia Barat atas dunia Timur daripada sebagai wacana murni
mengenai Timur. Kekuatan wacana orientalisme sangat terpadu, kaitannya
sangat erat dengan pranata-pranata sosial, ekonomi dan politik. Karenanya,
orientalisme bukanlam fantasai kosong dunia barat terhadap Dunia Timur,
melainkan suatu sosok teori dan praktek yang sengaja diciptakan.
Orientalisme tidak pernah jauh dari apa yang dinamakan
Denys hay sebagai gagasan Eropa, suatu
pikiran kolektif yang mengidentifikasikan “kita” orang-orang Eropa sebagai
yang berbeda dari “mereka” orang-orang non-Eropa, dan sungguh kita dapat
berargumentasi bahwa unsur utama dalam budaya Eropa persisnya adalah apa yang
menjadikan budaya tersebut berkuasa baik di Eropa maupun diluar Eropa: gagasan
identitas Eropa sebagai identitas yang
lebih unggul dibandingkan dengan semua bangsa dan budaya non-Eropa.