ANALISA Syair
Perahu-Hamzah Fansuri
Syair Perahu
Inilah gerangan suatu madah
mengarang syair terlalu indah
membetuli jalan tempat berpindah
di sanalah i'tikat diperbetuli sudah
Dalam bait ini seseorang diibaratkan dengan sebuah armada
(madah ) perahu. Seseorang ini yang ingin bersungguh-sungguh (i'tikat)
memperbaiki pribadinya dan kembali kejalan yang benar
wahai muda kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal diammu,
cara memperbaiki pribadi kita dan kembali ke jalan yang
benar yaitu dengan 'kenali dirimu' karena ada hadits qudsi jua dengan redaksi
"jika engkau ingin mengenal AKU (Alloh) maka kenalilah dirimu". Kita
itu masih diibaratkan (tamsil) perahu yang tiada akan selamanya hidup di dunia
karena tempat kembali dan kekal kita hanya di akherat.
Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.
Ketika kita sudah mengenali diri kita, dan menyadari
kehidupan hanya sementara maka kita akan memiliki sikap yang arif-budiman, yang
menghargai waktu, selalu mengerjakan hal-hal yang positif dan lain-lainnya.
Sikap arif-budiman ialah pedoman kita untuk mengarungi bahtera kehidupan
sebagai insan yang lebih baik lagi, bahkan insan kamil
Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu
kokohkan pedoman kita dengan itu kita akan mendapatkan
kebutuhan pangan dan papan kita untuk memenuhi kehidupan kita sekarang dan akan
datang
Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempurna jalan yang kabir,
sisakan (simpan) pendapatan kita berupa kebutuhan papan dan
kebutuhan lainnya. Dengan itu kita hadapi kehidupan yg tak terduga. Selain itu,
gunakan kebutuhan pangan dengan efisien sehingga kita mencapai kebahagian.
Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ,
pedoman kita harus selalu diperkokoh karena kita akan
mendapat cobaan berupa kesenangan dan kerakusan yang melalaikan kita. Kedua
itu, senantiasa menanti dan datang untuk menguji kita.
Muaranya dalam, ikanpun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir kamu tersesak
layaknya, sebuah pohon yang semakin tinggi semakin banyak
angin menerpa maka sama hal
*muaranya dalam, ikanpun banyak*. Kedua hal itu
menggambarkan kita akan selalu diuji dan diuji ketika kita lulus maka naik
derajat kita dan ujian yang datang pun ditingkatkan untuk menambah kualitas
kita jua akhirnya. Namun kebanyakan insan terlena dengan ujian/cobaan yang
menerpa sehingga jatuh ke jurang kenistaan. Insan-insan pilihan pun muncul ke
permukaan yang berhasil melewati ujian demi ujian.