Kontradiksi
Gemerlap Pergantian Tahun
“ Gempa-gempita semua orang siap dan bersiap-siap
untuk menyambut pergantian tahun. Semua orang menyiapkan apa pun yang ingin di
lakukan mereka pada malam itu. Mereka tak peduli meski tak di sadari hal itu
menguras dompetnya bahkan melakukan hal-hal yang tidak wajar seperti pesta
miras( minuman keras ) dan lain-lainnya. Sungguh ironis hal ini terjadi di
negara kita yang mayoritas beragama islam namun kebanyakan dari mereka ikut
merayakan tahun baru Masehi.”
Tak kita pungkiri entah
kenapa pergantian tahun seperti sebuah magnet yang menarik semua kalangan untuk
ikut merayakan atau menyambut kedatangan malam pergantian tersebut. Perayaan
dari yang kecil-kecilan seperti bakaran ayam, sampai perayaan yang besar-besaran
seperti konser musik yang di adakan beberapa stasiun televisi yang ada di Indonesia. Memang hal itu mungkin
kini telah menjadi sebuah acara rutin tahun bahkan akan menjadi budaya.
Namun jika kita tengok
hal apa saja yang terkandung dalam perayaan tersebut malah kita akan merasa
miris bahwa Indonesia yang mayoritas beragama islam namun ikut-ikutan perayaan
yang jelas-jalas kita ketahui pergantin tahun ini (tahun masehi) bukan tahun
baru islam(tahun hijriah). Padahal jika kita tengok ada hadits yang berbunyi
“Barang siapa yang meyerupai suatu kaum,
maka ia termasuk golongan mereka” (HR. Abu Dawud[1] no.4031). Meskipun
pada dasarnya hadits tersebut termasuk hadits yang dhaif(lemah) namun selama
hadits itu mampu memberi manfaat bagi kita maka itu tidak menjadi sebuah
permasalahan. Seperti hal dalam konteks perayaan pergantian tahun masehi yang diikuti sebagian muslim. Sebenarnya apa yang mereka
dapatkan ketika mereka ikut-ikut dalam perayaan tersebut?.
Jika mereka hanya mengucapkan selamat tahun
baru saja mungkin itu tidak akan menyingung hadits di atas karena pada dasarnya
ikut dan mengucapkan adalah dua buah kata yang berbeda makna jika ikut berati melakukan
hal yang mereka lakukan sedangkan mengucapkan berati hanya sebuah sikap menghargai
terhadap apa yang mereka lakukan namun tidak melakukan hal tersebut.
Mungkin yang
mereka dapatkan hanya sebuah kesenangan belaka, tanpa mereka sadari, ternyata
mereka telah menghambur-hamburkan uang mereka hanya untuk membeli beberapa kembang
api, terompet dan lain sebagainya.
Akan tetapi mereka tidak memahami betul tentang hal itu, dan tidak
memahami apa sih manfaat dari kembang api dan terompet tersebut.
Dalam sebuah pesan
berantai untuk mengingatkan sesama muslim, pesan Habibana Mundzir bin Fuad
Al-Musawa (pimpinan majelis Rasulullah saw Jakarta) : janganlah kalian
meniup-niup terompet atau meramaikan di saat malam tahun baru(01/01/2013)
karena itu memancing-mancing kemurkaan Allah SWT, mendatangkan musibah di Timur
dan Barat , dan itu juga tanda Islam telah kalah oleh kaum Yahudi karena
terompet itu adalah kemenangan kaum Yahudi terhadap Islam. Dalam agama Islam
terompet (sangkakala) hanya di tiup satu kali yaitu oleh malaikat Isrofil suatu
saat nanti.
Apabila kita melihat kebelakang, pada zaman nabi
muhamad SAW, saat itu bumi sudah seperti nenek-nenek yang berjalan dengan
tongkat, apabila kita befikir tentang hal tersebut, berarti saat ini bumi sudah seperti apa? dalam
memperingati tahun baru ataupun merayakan tahun baru, seharusnya kita gunakan
untuk bermuhasabah diri, dengan memperbanyak dzikrullah (mengingat Allah).
Perayaan
Maulid Nabi
Perayaan Maulid Nabi
Muhammad saw. yang dirayakan di At-Taqwa bertepat dengan malam pergantian
tahun(tahun baru ). Mungkin itu salah satu usaha untuk meminimalisir kaum
muslim yang masih ikut-ikutan perayaan tahun baru masehi. Menurut salah salah satu panitia acara
tersebut , ternyata acara tersebut acara yang sudah diselenggarakan bukan hanya
pergantian tahun ini saja. Kini menjadi
acara rutin yang diselenggarakan. Berarti usaha untuk meminimalisir hal-hal negatif pada saat perayaan tahun baru sudah dilakukan
berulang.
Padang Wulanan ISIF
Padang Wulanan Institut Study Islam
Fahmina(ISIF) yaitu sebuah acara malam kreasi yang menjadi wadah para kaula
muda yang ingin menunjukkan kreasinya. Padang wulanan sebenarnya acara rutin
bulanan setiap malam purnama ( padang
wulan) yang diselenggarakan pada tanggal 15 (pertengahan bulan) di
penananggalan Hijriah. Acara ini juga diadakan bertepatan dengan malam
pergantian tahun. Mungkin ini juga salah satu usaha untuk minimalisir hal-hal
negatif yang dilakukan kaula muda khusus mahasiswa pada saat pergantian tahun.
Karena acara itu mengundang bukan hanya mahasiswa ISIF saja namun mengundang
mahasiswa dari luar. Acara ini sebenarnya sangat positif untuk menunjukkan kreasi yang kita miliki
namun pada saat itu yang datang hanya sebagian undangan. Sungguh miris acara
yang positif malah tak minat untuk di datangi.
Acara televisi
Selain itu, acara di televisi pun banyak yang mengadakan
konser-konser musik yang menyedot perhatian kaula muda untuk ikut-ikutan
merayakan pergantian tahun. Mungkin itu salah satuh penyebab acara yang positif
malah tidak didatangi. Acara telivisi yang diadakan mengundang seseorang atau
kelompok untuk datang ataupun hanya duduk diam menyaksikan di rumah
masing-masing sehingga mereka rela untuk tidur larut malam (begadang) menanti
malam pergantian tahun. Maka secara tidak langsung mereka ikut-ikutan
merayakannya.
Sebenarnya pada
dasarnya apapun acaranya ataupun perayaan tahun baru apapun juga, jika hal yang
dilakukan hal-hal positif maka hal itu
tidak akan menjadi masalah.