Seorang peserta seminar menelpon saya,
"Pak, saya memiliki 1 minimarket di Bekasi yang berdiri 3 tahun yang lalu
berkat inspirasi seminar Bapak. Alhamdulillah saat ini saya fokus mengelola
minimarket saya, omsetnya sudah di atas 7 juta per hari."
"Tetapi 4 bulan yang lalu buka
Indomaret berjarak 2 ruko di sebelah kiri saya dan 1 bulan yang lalu buka lagi
Alfamart berjarak 4 ruko di sebelah kanan saya, omset saya langsung terjun
bebas, saat ini hanya 1 juta per hari. Sudah pasti rugi dan saya bingung harus
bagaimana. Apa sarannya Pak?"
Saya jawab, "Alfamart dan Indomaret
itu sangat kuat karena memiliki banyak cabang, tetapi dibalik kekuatan itu
sebenarnya ada kelemahan. Yakni tidak mudah untuk menambah jenis produk (karena
sudah diatur seragam dari pusat). Nah toko bapak kan hanya satu, jadi gampang
untuk mengubah juga menambah jenis produk yang dijual, dan ada 1001 produk yang
dibutuhkan orang yang mereka tidak jual."
"Silakan Bapak masih jualan produk
yang sama seperti Alfamart saat ini, tapi tambah juga jenis lain yg mereka
tidak jual, yakni ATK (mereka jual tapi sedikit), mainan, perlengkapan bayi,
sandal, kacamata dll."
Beliau pun mengikuti saran saya dan
menambah banyak produk di tokonya bahkan ada air isi ulang, ada konter HP, dll
yg tidak mungkin Alfamart dan Indomaret akan mengikuti.
Akhirnya dalam tempo 6 bulan kemudian
omsetnya sudah membaik menjadi 4 juta perhari (walau masih di bawah omset
awal). Dia bertanya lagi, "Pak Wan yang saya bingung itu jika mereka promosi
dan ada produk yang mereka jual dibawah harga grosir (tempat saya belanja),
bagaimana cara menghadapinya?"
Saya balik bertanya, "Berapa banyak
barang promosi yg mereka jual dibawah harga grosir?"
"Tidak banyak Pak Wan, paling 5 item
barang" jelasnya.
Saya lanjutkan, "Jika ada produk yang
mereka jual di bawah grosir (umum ritel modern melakukan minus margin) maka
jangan beli ke grosir, tapi beli ke toko mereka saja."
Benar, saran saya kembali diikuti, begitu
Alfamart dan Indomaret promosi yg harga jual di bawah grosir, maka 5 item
produk itu diborong habis oleh beliau. Di saat pelanggan datang ke Alfamart,
produk promosi itu kosong dan bisa ditebak pelanggan datang ke tokonya. Dia
menjual seharga yg dijual Alfamart (karena tidak perlu transport dan hanya
butuh persiapan uang kas). Besok begitu lagi, diborong habis dan barang
tersebut kosong di Alfamart.
Akhirnya Alfamart mengirim stok yang banyak
dari pusat, dia tidak memborong (karena takut kadaluwarsa) dan beli hanya
seperlunya saja. Alfamart tidak bisa melarang pelanggan belanja kan?
Terakhir dia bilang walaupun banyak
produknya yang bisa bersaing dari Alfamart atau Indomaret namun image nya tetap
mereka lebih murah. Saya tanya, "Bapak ngomong nggak sama pelanggan jika
toko bapak lebih murah?"
"Ngomong Pak," jawabnya.
"Bagaimana ngomongnya?" lanjut
saya.
"Saya bilang saat pelanggan belanja,
ini gula lebih murah," jelasnya.
Saya komentari, "Silakan bapak ngomong
spt itu, tetapi belum cukup, coba buat spanduk dengan tulisan LEBIH MURAH DARI
INDO DAN ALFA. Kan tidak ditulis lengkap Alfamart atau Indomaret."
Akhirnya dia buat spanduk tetapi tidak
berani menulis nama pesaing itu, dia tulis "MINIMARKET TERMURAH, LEBIH
MURAH DARI SEBELAH-SEBELAH."
😄😄
Saat ini omsetnya sudah lebih tinggi daripada
dahulu sebelum dia jatuh. Intinya, jangan takut bersaing, jangan menyerah
begitu saja. Semoga bermanfaat, bantu share ya. Agar teman-teman UKM kita
menjadi lebih kompetitif.
Dari tulisannya Bapak Wan MH di atas,
mungkin hal ini yang menjadi sebab munculnya sebuah gerakan belanja warung
tetangga. Gerakan ini dipublikasi dengan sebuah foto yang dikirim ke media
sosial, salah satunya WA. Dalam foto itu pun tergambar jelas manfaat jika kita
belanja di warung tetangga, diantaranya insyaAllah banyak manfaat, menjaga
silahturahim, menghidupkan ekonomi rakyat, mendukung pemerataan pendapat dan
meningkatkan kesejahteraan tetangga kita.
Pada poin meningkatkan kesejahteraan
tetangga, ada sebuah tulisan juga yang intinya kita harus lebih memilih membeli
sesuatu tidak lagi ke minimarket ataupun supermarket. Namun kita membelinya ke
saudara semuslim yang berjualan. Dan bisa jadi itu adal warung tetangga kita.
Saudara seagama kita lebih mengerti dengan status halal atau tidak produk yang
dijualnya. Dan saudara kita tak akan tega menjerumuskan saudara pada hal-hal
yang dilarang oleh agama kita.
Kalau saya mempunyai jalan lain untuk
melawan hegemoni indomart dan alfamart selain cara diatas. Karena mau disadari
atau tidak, bahwa omset kedua minimart yang sudah menjamur dimana-mana ini yang
terbesar bukan dari penjualan produknya yang berbentuk fisik. Akan tetapi, dari
penjualan jasa transaksi pembayaran apapun, seperti pulsa, tiket, tv berbayar
dan lain-lainnya. Omsetnya bisa ratusan juta per tempatnya. Bayangkan saja bila
dikalikan dengan jumlah mereka keseluruhan yang ada di Indonesia?.
Bila kita melawannya hanya dari produk
fisik maka hal itu tidak akan berdampak apa-apa. Karena itu bukan pendapatan
terbesar mereka. Yang jadi pertanyaan sekarang bagaimana kita bersaing dalam
bidang yang non fisik berupa jasa pembayaran transaksi?. Empat tahun yang lalu,
Ust Yusuf Mansur bekerjasama dengan yang ahli IT membuat aplikasi teman setia
bayar apapun untuk melawan hegemoni indomart dan alfamart. Aplikasi ini dulu
bernama VSI dan sekarang sudah berganti nama menjadi Paytren. Para paytrener
mengajak kita sukses berjamaah dan tak perlu repot pergi-pergi dan antri-antri
saat kita ingin bertransaksi bulanan kita seperti listrik, pdam, tv berbayar
dan apapun sudah ada digengaman anda dengan memanfaatkan hp anda. Yuk lawan
indomaret dan alfamart dengan paytren. Hubungi saya kayan manggala untuk
pendaftaran paytren ke 089661236303. Salam berdikari dan sukses berjamaah.